Tragedi Bom yang Gagal.
Skenario penghadangan terhadap patroli Belanda di Saradan sudah dirancang, tanggal 14 Juli 1949 pukul 07.00 ditetapkan waktu penghadangan. Semua anggota TGP sudah siaga dan berada di pos nya masing-masing. Ada empat pos penghadangan patroli yang disiapkan disepanjang jalan Saradan yaitu pos A, B, C dan D.
Patroli Belanda tampak beriringan berjalan dari kejauhan. Iring-iringan patroli yang jadi target incaran sudah masuk dalam killing ground TGP, tinggal menunggu saat yang tepat untuk mengeksekusi dan meledakkan trek bom yang sudah disiapkan. Sesuai skenario patroli terdepan Belanda dibiarkan melewati pos A dan B tanpa serangan pendadakan, tiba waktunya anggota di Pos C yang akan mengeksekusi jika patroli terakhir lewat.
Tapi rupanya skenario penghabisan tersebut tidak sesuai rencana. Tiga Bom di Pos C yang seharusnya meledak ternyata dua bom gagal menghantam Jeep patroli Belanda. Sesaat patroli itu terkejut karena serangan pendadakan di area penghadangan.
Pertempuran Saradan pun pecah karena bala bantuan Belanda segera datang. Pos pos penghadangan berhasil menghancurkan kendaraan-kendaraan yang datang membantu.
Selepasnya keberhasilan mengeksekusi patroli, dua anggota TGP Bagio dan Saparno pada pukul 21.00 mendapat tugas melakukan pengecekan terhadap bom yang gagal tersebut. Tak disangka tak diduga bom yang gagal meledak itu mendadak meledak di hadapan anggota TGP lain dan "BLARRR!". Suaranya memekakkan telinga dan anggota TGP sesaat terdiam terkejut melihat tubuh kedua rekannya hancur lebur berserakan disekitar lokasi.
Anggota regu dengan sigap mengumpulkan bagian-bagian tubuh rekannya yang hancur berserakan di pohon dan semak-semak di hutan Saradan untuk dikumpulkan dan segera dikuburkan.
Inilah sepenggal kisah lokasi penghadangan di Saradan yang diabadikan dengan nama Jln. Bagio Saparno dan lokasi tersebut diabadikan dengan monumen hidup dalam bentuk sekolah yaitu SMPN 2 Saradan (SMP TGP Saradan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar