Kyai Sari Muhamad (akhir 1800 an - 1937 M) , seorang ulama terkemuka di lingkungan Jambewangi gg. pesantren wilayah Nambangan kidul (Jl. Kasuari sekarang) mendirikan pesantren Jambewangi , pada saat itu beliau mempunyai kebun jeruk yg dikelola para santri, para santri kebanyakan berasal dari daerah Takeran, rupanya jeruk ini kemudian di kembangkan di daerah Takeran dan sekitar dengan sebutan jeruk Nambangan yg cukup terkenal tersebut. Namun jeruk tersebut di daerah Nambangan sendiri sudah punah keberadaanya.
Kyai Sari Muhamad selain mumpuni dalam bidang agama beliau juga dikenal punya kelebihan dalam hal kewaskitaannya, maka suatu waktu dimintai bantuan oleh Kanjeng Bupati Ronggo di Madiun untuk membantu Bupati Trenggalek atau ada yg mengatakan Bupati Ngawi untuk mengalahkan patihnya yg mbalelo atau melawan sang bupati. Sebuah langgar tiban, tiba-tiba berdiri di depan ndalem kyai Sari Muhamad yang merupakan hadiah dari sang Bupati.
Mushala tersebut hingga sekarang masih ada walaupun sudah banyak perubahan yg semula berupa langgar panggung an, sekarang sudah permanen. Gebyok ber motif sulur bunga dan sebuah relief kaligrafi yang oleh masyarakat sekitar disebut "jolompong" bergambar harimau yg masih tersisa selain ndalem Kyai yang sekarang menjadi kediaman putra wayah. Ada tradisi unik di lingkungan mushala ini, jika ingin berhasil dalam hal pendidikan atau mendapat pekerjaan agar bermunajat kepada Allah SWT dan membersihkan "jolompong" tersebut.
Mushala Kyai Sari Muhamad sudah berpindah dari tempat aslinya sudah 4 kali yang terakhir ditempat sekarang yaitu Mushala Baitus Syafaat, hal ini disebabkan karena kurangnya penerus peninggalan Mbah Kyai Sari Muhamad, termasuk mushala dan jeruk Nambangan, dan juga akibat geger gerombolan PKI Muso 1948.
Kyai Sari Muhamad, mempunyai 3 istri salah satunya merupakan putri triman dari perdikan Pacalan, yang sering disebut Nyai Pacalan.
Selain Napak tilas Kyai Sari Muhamad yang hidup di akhir tahun 1800 an hingga awal tahun ke 1900 an, teman-teman Historia Van Madioen dan Lesbumi NU Kota Madiun juga mengunjungi beberapa titik petilasan tokoh yang babat lingkungan ini yaitu : Mbah Kyai Ageng Jambewangi, yang makamnya sekarang sudah terhuruk oleh tangkis sungai Madiun, juga mengunjungi punden Mbah dalang dan tokoh penghayat kepercayaan "Sapta sila" Mbah Sastro Wijaya di sekitar makam Jodang Nambangan kidul.
Sumber : Bapak Mustakim ketua RW, Bapak Kabul, Bapak Mulyono dan Bapak Djumono dan Mbah Soeparsih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar