Home »
Pendidikan karakter
» Dunia Pendidikan di Era Generasi Milenial
Dunia Pendidikan di Era Generasi Milenial
Seperti kita semua tahu, guru yang sejatinya digugu dan ditiru ini telah kehilangan kharismanya lagi, fenomena generasi millenial yang merasa lebih pintar, merasa serba benar kini sangat sulit untuk di tegur gurunya, bahkan tindakan melawan guru dianggap aksi heroik yang patut mendapatkan tepuk tangan.
Masih segar dalam ingatan, seorang siswa di SMAN 1 Torjun Sampang Madura yang tega menganiaya gurunya hingga menyebabkan MBO, Mati Batang Otak. Hingga sang guru honorer tersebut meregang nyawa di Rumah Sakit. Kasus-kasus kekerasan yang terjadi di dalam dunia pendidikan bukan pertama kali ini terjadi, jauh-jauh sebelumnya terjadi juga kasus serupa seorang murid bertindak kurang ajar kepada gurunya.
Advertisement
Mengamati segala kekerasan di dunia pendidikan dalam beberapa periode terakhir tercatat beberapa kasus penganiayaan terhadap guru yang sempat viral di situs jejaring sosial. Sebelum kasus penganiayaan siswa kepada Pak guru Budi hingga menyebabkan kematian di SMAN 1 Torjun Sampang-Madura, ada kasus seorang siswa SMAN 1 Kubu Raya Kalimantan Barat, yang tega memukul bu guru Rahayu menggunakan kursi, karena merasa tidak terima setelah gagal naik kelas. Tak hanya memukul dengan kursi siswa ini melayangkan tinjunya kearah kening Bu Rahayu. Kini siswa tersebut di jerat pasal 351 ayat 1 KUHP.
Jauh sebelumnya di tahun 2016, juga beredar secara viral seorang murid Sekolah Dasar yang menantang gurunya, saat sedang di nasehati, bahkan umpatan "monyet" juga keluar dari mulut murid tersebut. Di kasus lain bahkan seorang siswa menantang kepala sekolah dan mengatakan akan menghadangnya di luar sekolah, yang dengan arogan membuka baju seragam dan membusungkan dadanya di depan kepala sekolah. Kasus terakhir ini justru dilakukan oleh wali murid sendiri. Kepala sekolah di SMP 4 Lolak, kabupaten Bolmong, Sulawesi Utara, Bu Astri mengundang salah seorang wali murid untuk di beri peringatan karena anaknya berlaku nakal di sekolah, bukannya mendengarkan ucapan Bu Astri, wali murid ini malah memukul Bu Astri menggunakan meja kaca, aksi tak berhenti di sini belum puas memukul kepalanya hingga berdarah dengan meja kaca, wali murid tersebut memukulnya memakai kaki meja.
Dari beberapa kasus di atas kita bisa menyimpulkan faktor utama yang menyebabkan siswa melakukan aksi kekerasan kepada gurunya sendiri itu adalah faktor psikologis. Kemungkinan siswa tersebut cenderung berkepribadian impulsif dan kesulitan mengendalikan emosinya sendiri. Ini bisa terjadi karena pengaruh dari lingkungan sekitar tempat tinggal siswa. Adapun faktor berikutnya adalah generasi millennial kini merasa harga diri yang terlalu tinggi namun kepribadian kurang matang, itu akibatnya ketika mereka merasa harga dirinya diremehkan emosinya terpacu dan tak segan melakukan aksi kekerasan pada gurunya. Tak peduli hal itu disebabkan oleh masalah sepele sekalipun.
Berikutnya adalah faktor pembelajaran yang makin kompetitif, impersonal yang mempengaruhi kesadaran murid dalam bertoleransi atau bersosialisasi di lingkungan sekolah. Mereka hanya ditekan untuk belajar agar bisa lulus dengan nilai yang baik dan berhasil diterima di jenjang pendidikan berikutnya, itu juga menyebabkan beban tersendiri bagi siswa, sehingga munculah perasaan stress dan ketika itu ditekan mereka akan meledak emosinya.
Dari kejadian-kejadian di banyak daerah tersebut kita bisa mengambil hikmahnya, bahwa menjadi tenaga pengajar bukanlah hal yang mudah, selain untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, guru juga dituntut untuk membentuk kepribadian siswa. Dan hal ini tidak akan terwujud bila tidak ada kerjasama antara semua pihak. Guru bertanggung jawab mendidik di sekolah dengan konsep yang bisa menarik perhatian siswa agar tidak mudah merasa bosan di sekolah, begitu juga siswa bertanggung jawab dengan semua tugas yang di berikan guru, dan menghormati segala keputusan guru, tanamkan dalam diri siswa bahwa guru adalah orang tua nomor dua di sekolah.
Yang terakhir untuk wali murid, biarkanlah anak anda di tegur guru, itu memang tugas guru di sekolah, jika anda tidak terima anaknya di tegur oleh guru karena kenakalannya, ada baiknya anda sendiri yang mengajar anak anda. Jika anak anda melakukan kesalahan dan tidak ditunjukkan dimana letak kesalahannya dan tetap dibuai manja, mau jadi apa generasi penerus bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar